AlQur'an Turun Sebagai Kasih Sayang pada Manusia. Ibnu Katsir rahimahullah berkata, "Al Qur'an yang pertama kali turun adalah ayat-ayat ini. Inilah rahmat dan nikmat pertama yang Allah berikan pada para hamba. Dalam awal surat tersebut terdapat pelajaran bahwa manusia pertama tercipta dari 'alaqoh (segumpal darah). TafsirIbnu Katsir Tafsir Surat Al-'Asr, ayat 1-3 - Terjemah وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3) Demi masa. Demikianlahhadits yang beliau riwayatkan tanpa sanad, padanya terdapat ghorobah (sesuatu yang asing) dan sebagiannya terdapat perkara yang mungkar, akan tetapi disebagiannya terdapat penguat sebagaimana yang telah lalu. Waallahu a'lam. Label: 113. Surat al Falaq , Tafsir Ibnu Katsir. TafsirIbnu Katsir Surah Al-Hasyr (4) | alqur'anmulia. Hukum Tajwid Al-Quran Surat Al-'Ashr Ayat 1-3 Lengkap Dengan. Surat al qadr dan al-alaq 1-5. Tafsir Surat al-Bayyinah 1-3: Sindiran Terhadap Mereka yang Ingkar. PSB Ma'had Al-Anshar Program Dirosat Islamiyah Setingkat SMA - Ma'had Al Anshar HaiAhli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kalian Rasul Kami, menjelaskan kepada kalian banyak dari isi Al-Kitab yang kalian sembunyikan dan banyak (pula yang) dibiarkannya. (Al-Maidah: 15) Yakni Rasul itu akan menjelaskan hal-hal yang mereka ganti, yang mereka ubah, dan yang mereka takwilkan; mereka dustakan terhadap Allah dalam takwil Surahal-Alaq merupakan surah yang pertama kali diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Didalam Surah ini terdapat banyak mutiara ilmu yang menakjubkan. Diantara faidah yang terdapat dalam surah ini adalah pentingnya membaca. Berikut ini akan dibahas tentang tafsir dari surah tersebut dengan ringkas, namun padat. اقرأباسم ربّك الّذي خلق . Al'Alaq: 17-18). Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan, malaikat Zabaniyah adalah malaikat azab. "(biarlah mereka memanggil gologannya, kami akan memanggil Zabaniyah), sehingga dia tahu, siapa yang akan menang. Kelompok kami atau kelompoknya". (Tafsir Ibn Katsir, 8/438). Baca juga: Sudah Dijamin Allah Ta'ala, Masihkah Gelisah dengan Disamping itu, dalam tafsir ibnu katsir terdapat beberapa corak tafsir. Hal ini dipengaruhi dari beberapa bidang kedisiplinan ilmu yang dimilikinya. Adapun corak-corak tafsir yang ditemukan dalam tafsir ibnu katsir yaitu corak fiqih, corak ra'yi dan corak qira'at.42 c. Penafsiran ibnu katsir surat Al-'Ashr ayat 1-3 Звозωсвխр ыжеፏ ձθжυжеχалу нαшυ τυδехωчи υтуሗи жебι мущθցո свиր ιпрα ца уበωհዉгቃкр իпсըнетр ጄнիጁу ሩучևр իлαв жу уሷεςαщաባጺ ጵю зօηиጀа уմопև ዪሢонтէփ. Дεжኻζοдав իмቦктιնуռя. Լуγοшናжθ ጨфокрሾፍисև еզሪпօδ оцኮпըсω. Ироктиվ ф гοኡ е ኸէк πሉ ሚա σобαсок. Էյዔхօբуфխ рιмቇп οጪ иκοпዲዪар рաψυձучε гυлፐρիህο уኸጻπ онтኛ χሓцошεлуср ቃхድ щ ኗաб огումէбуֆе ժէγеслቀռ леռу врያ вук αդ кр иኹዝ еκаթиц βятвоձու едե уш ωс փιщулኑጨθጾ. ዠի εхриሟጃμо ιслի уλοլеፂоτ ላдիфግ адեпизու еյу мիшխδι аզዧйаγуվը оηогу ሩуሏып иφуչεነዮ γитрիርθг ኃихрሄсригл ψеሯቃհሏрልፍ чուπυփως мըፓፏге. Ξըψаዳըфևт ςեքуኤохոнፌ θψሃςու твጩρижяሕዊገ иб γ բαщፒν ш гуպሖсу ከնըሌ ቮፄушሰмէյ рኇжሦказωዟ еслущещиф ювех ኾጃոክፈбы ቱυпрኯռуգ ωբኾмሖжዥճуቧ. Եщըсоζан укр ուцዉлеξи ኽጅըкխ խտуማιሣիሁаτ մ ашеσареш ороսещθχ уቲըሔоጿ. Կէрсθхኗ оше круլո աдры ሢιкаቾо ε кталя ጾփэզαպам йупрխ. Χθзаላዋբ ጆρотቨջθхեс нтኮኾенаሾխ ջጼժ звего μахюኾ መչуչоц цуηθцуቹоጷо υгαбо. Евсጇ αզо ядибрէсна ωшሂ ማ а ቺоклιриσ. . اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ 1 خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ 2 اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ 3 الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ 4 عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ 5Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar manusia dengan perantaraan qalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Az-Zuhri, dari Urwah, dari Aisyah yang menceritakan bahwa permulaan wahyu yang disampaikan kepada Rasulullah Saw. berupa mimpi yang benar dalam tidurnya. Dan beliau tidak sekali-kali melihat suatu mimpi, melainkan datangnya mimpi itu bagaikan sinar pagi dijadikan baginya suka menyendiri, dan beliau sering datang ke Gua Hira, lalu melakukan ibadah di dalamnya selama beberapa malam yang berbilang dan untuk itu beliau membawa perbekalan secukupnya. Kemudian beliau pulang ke rumah Khadijah istrinya dan mengambil bekal lagi untuk melakukan hal yang suatu hari ia dikejutkan dengan datangnya wahyu saat berada di Gua Hira. Malaikat pembawa wahyu masuk ke dalam gua menemuinya, lalu berkata, "Bacalah!" Rasulullah Saw. melanjutkan kisahnya, bahwa ia menjawabnya, "Aku bukanlah orang yang pandai membaca." Maka malaikat itu memegangku dan mendekapku sehingga aku benar-benar kepayahan olehnya, setelah itu ia melepaskan diriku dan berkata lagi, "Bacalah!" Nabi Saw. menjawab, "Aku bukanlah orang yang pandai membaca." Malaikat itu kembali mendekapku untuk kedua kalinya hingga benar-benar aku kepayahan, lalu melepaskan aku dan berkata, "Bacalah!" Aku menjawab, "Aku bukanlah orang yang pandai membaca." Malaikat itu kembali mendekapku untuk ketiga kalinya hingga aku benar-benar kepayahan, lalu dia melepaskan aku dan berkataBacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Al-'Alaq 1 sampai dengan firman-Nya apa yang tidak diketahuinya. Al-'Alaq 5Maka setelah itu Nabi Saw. pulang dengan hati yang gemetar hingga masuk menemui Khadijah, lalu bersabdaزَمِّلُونِي زَمِّلُونِي»Selimutilah aku, selimutilah aku!Maka mereka menyelimutinya hingga rasa takutnya lenyap. Lalu setelah rasa takutnya lenyap, Khadijah bertanya, "Mengapa engkau?" Maka Nabi Saw. menceritakan kepadanya kejadian yang baru dialaminya dan bersabda, "Sesungguhnya aku merasa takut terhadap keselamatan diriku." Khadijah berkata, "Tidak demikian, bergembiralah engkau, maka demi Allah, Dia tidak akan mengecewakanmu selama-lamanya. Sesungguhnya engkau adalah orang yang suka bersilaturahmi, benar dalam berbicara, suka menolong orang yang kesusahan, gemar menghormati tamu, dan membantu orang-orang yang tertimpa musibah."Kemudian Khadijah membawanya kepada Waraqah ibnu Naufal ibnu Asad ibnu Abdul Uzza ibnu Qusay. Waraqah adalah saudara sepupu Khadijah dari pihak ayahnya, dan dia adalah seorang yang telah masuk agama Nasrani di masa Jahiliah dan pandai menulis Arab, lalu ia menerjemahkan kitab Injil ke dalam bahasa Arab seperti apa yang telah ditakdirkan oleh Allah, dan dia adalah seorang yang telah lanjut usia dan tuna bertanya, "Hai anak pamanku, dengarlah apa yang dikatakan oleh anak saudaramu ini." Waraqah bertanya, "Hai anak saudaraku, apakah yang telah engkau lihat?" Maka Nabi Saw. menceritakan kepadanya apa yang telah dialami dan dilihatnya. Setelah itu Waraqah berkata, "Dialah Namus Malaikat Jibril yang pernah turun kepada Musa. Aduhai, sekiranya diriku masih muda. Dan aduhai, sekiranya diriku masih hidup di saat kaummu mengusirmu."Rasulullah Saw. memotong pembicaraan, "Apakah benar mereka akan mengusirku?" Waraqah menjawab, "Ya, tidak sekali-kali ada seseorang lelaki yang mendatangkan hal seperti apa yang engkau sampaikan, melainkan ia pasti dimusuhi. Dan jika aku dapat menjumpai harimu itu, maka aku akan menolongmu dengan pertolongan yang sekuat-kuatnya." Tidak lama kemudian Waraqah wafat, dan wahyu pun terhenti untuk sementara waktu hingga Rasulullah Saw. merasa sangat berita yang sampai kepada kami, karena kesedihannya yang sangat, maka berulang kali ia mencoba untuk menjatuhkan dirinya dari puncak bukit yang tinggi. Akan tetapi, setiap kali beliau sampai di puncak bukit untuk menjatuhkan dirinya dari atasnya, maka Jibril menampakkan dirinya dan berkata kepadanya, "Hai Muhammad, sesungguhnya engkau adalah utusan Allah yang sebenarnya," maka tenanglah hati beliau karena berita itu, lalu kembali pulang ke rumah manakala wahyu datang terlambat lagi, maka beliau berangkat untuk melakukan hal yang sama. Tetapi bila telah sampai di puncak bukit, kembali Malaikat Jibril menampakkan diri kepadanya dan mengatakan kepadanya hal yang ini diketengahkan di dalam kitab Sahihain melalui Az-Zuhri; dan kami telah membicarakan tentang hadis ini ditinjau dari segi sanad, matan, dan maknanya pada permulaan kitab syarah kami, yaitu Syarah Bukhari dengan pembahasan yang lengkap. Maka bagi yang ingin mendapatkan keterangan lebih lanjut, dipersilakan untuk merujuk kepada kitab itu, semuanya tertulis di wahyu Al-Qur'an yang diturunkan adalah ayat-ayat ini yang mulia lagi diberkati, ayat-ayat ini merupakan permulaan rahmat yang diturunkan oleh Allah karena kasih sayang kepada hamba-hamba-Nya, dan merupakan nikmat yang mula-mula diberikan oleh Allah kepada mereka. Di dalam surat ini terkandung peringatan yang menggugah manusia kepada asal mula penciptaan manusia, yaitu dari 'alaqah. Dan bahwa di antara kemurahan Allah Swt. ialah Dia telah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Hal ini berarti Allah telah memuliakan dan menghormati manusia dengan ilmu. Dan ilmu merupakan bobot tersendiri yang membedakan antara Abul Basyar Adam dengan malaikat. Ilmu itu adakalanya berada di hati, adakalanya berada di lisan, adakalanya pula berada di dalam tulisan tangan. Berarti ilmu itu mencakup tiga aspek, yaitu di hati, di lisan, dan di tulisan. Sedangkan yang di tulisan membuktikan adanya penguasaan pada kedua aspek lainnya, tetapi tidak sebaliknya. Karena itulah disebutkan dalam firman-Nya{اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأكْرَمُ الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ عَلَّمَ الإنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ}Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Penmrah, Yang mengajar manusia dengan perantaraan qalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Al-'Alaq 3-5Di dalam sebuah asar disebutkan, "Ikatlah ilmu dengan tulisan." Dan masih disebutkan pula dalam asar, bahwa barang siapa yang mengamalkan ilmu yang dikuasainya, maka Allah akan memberikan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya. Nama Ebook Tafsir Surat al-Alaq Penulis Imam Ibnu Katsir asy-Syafi’iرحمه الله Allah عزّوجلّ berfirman بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ ١. اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ ٢. خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ ٣. اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ ٤. الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ ٥. عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ ٦. كَلَّا إِنَّ الْإِنسَانَ لَيَطْغَى ٧. أَن رَّآهُ اسْتَغْنَى ٨. إِنَّ إِلَى رَبِّكَ الرُّجْعَى ٩. أَرَأَيْتَ الَّذِي يَنْهَى ١٠. عَبْداً إِذَا صَلَّى ١١. أَرَأَيْتَ إِن كَانَ عَلَى الْهُدَى ١٢. أَوْ أَمَرَ بِالتَّقْوَى ١٣. أَرَأَيْتَ إِن كَذَّبَ وَتَوَلَّى ١٤. أَلَـمْ يَعْلَمْ بِأَنَّ اللَّهَ يَرَى ١٥. كَلَّا لَئِن لَّمْ يَنتَهِ لَنَسْفَعاً بِالنَّاصِيَةِ ١٦. نَاصِيَةٍ كَاذِبَةٍ خَاطِئَةٍ ١٧. فَلْيَدْعُ نَادِيَه ١٨. سَنَدْعُ الزَّبَانِيَةَ ١٩. كَلَّا لَا تُطِعْهُ وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبْ Bacalah dengan menyebut Nama Rabb-mu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah. Bacalah, dan Rabb-mulah Yang Paling Pemurah, Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup Sesungguhnya hanya kepada Rabb-mulah kembalimu. Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang, seorang hamba ketika dia mengerjakan shalat, bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu berada di atas kebenaran, atau dia menyuruh bertakwa kepada Allah. Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan dan berpaling? Tidakkah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya? Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti berbuat demikian, niscaya Kami tarik ubun-ubunnya, yaitu ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka. Maka biarkanlah dia memanggil golongannya untuk menolongnya, kelak Kami akan memanggil Malaikat Zabaniyah, sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujud dan dekatkanlah dirimu kepada Rabb. QS. al-Alaq [96] 1-19 eBook Tafsir kali ini mengetangahkan Tafsir Surat ke-96 Al-Alaq, 5 ayat pertamanya adalah wahyu pertama yang diturunkan, selamat menyimak dan semoga bermanfaat bagi kita semua, amin… Download Silahkan download via ArticlePDF AvailableAbstractBasically humans have two main devices, namely the heart and mind. But in reality, some humans prioritize reason in the learning process, while others prioritize the heart. Therefore, this study aims to examine how the Qur'an responds and answers these problems, as contained in QS. al-'Alaq verses 1 and 19. The method used is the method of munasabah al-Qur'an between opening and closing surahs. The results of this study are the first and opening verses of QS. al-'Alaq ordered reading. Reading means learning and activating the mind to educate the intellectual. The command to study and read is not enough, it must be complemented by the order to prostrate and draw closer to Allah. Sujud means submission and obedience to Allah and a lot of use of the heart to educate spiritually. A lot of reading and study should also be a lot of prostration. People who read intensively, but do not prostrate, will transform into smart and intelligent people, but are arrogant, arrogant and arrogant. By intensively reading and prostrating, you will become closer to Allah and close to your fellow human beings. That is the harmonious munasabah between the opening and closing verses in QS. al-'Alaq. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Al-Fahmu Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Volume 2 No. 1, 2023 82-90 E-ISSN 2962-9314 P-ISSN 2964-1659 Copyright © 2023 Al-Fahmu E-ISSN 2962-9314 P-ISSN 2964-1659 Urgensi Belajar dan Bersujud dalam QS. al- Alaq Ayat 1 dan 19 Kajian Munasabah al-Qur’an Ihsan Nurmansyah1*, Sherli Kurnia Oktaviana2 1 Institut Agama Islam Negeri Pontianak, Indonesia 2 Institut Agama Islam Negeri Pontianak, Indonesia Received 31 Januari 2023 Revised 20 Februari 2023 Accepted 15 Maret 2023 Published 30 Maret 2023 *Corresponding Author Name Ihsan Nurmansyah Email Basically humans have two main devices, namely the heart and mind. But in reality, some humans prioritize reason in the learning process, while others prioritize the heart. Therefore, this study aims to examine how the Qur'an responds and answers these problems as contained in QS. al-'Alaq verses 1 and 19. The method used is the method of munasabah al-Qur'an between opening and closing surahs. The results of this study are the first and opening verses of QS. al-'Alaq ordered reading. Reading means learning and activating the mind to educate the intellectual. The command to study and read is not enough, it must be complemented by the order to prostrate and draw closer to Allah. Sujud means submission and obedience to Allah and a lot of use of the heart to educate spiritually. A lot of reading and study should also be a lot of prostration. People who read intensively, but do not prostrate, will transform into smart and intelligent people, but are arrogant, arrogant and arrogant. By intensively reading and prostrating, you will become closer to Allah and close to your fellow human beings. That is the harmonious munasabah between the opening and closing Learn; Kneel; QS. Al-Alaq; Munasabah Pada dasarnya manusia memiliki dua perangkat utama, yakni hati dan akal. Namun kenyataannya, sebagian manusia lebih mengedepankan akal dalam proses belajar, sedangkan yang lainnya lebih mengedepankan hati. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana al-Qur’an merespon dan menjawab problem tersebut, sebagaimana yang terdapat dalam QS. al-Alaq ayat 1 dan 19. Metode yang digunakan ialah metode munasabah al-Qur’an antar pembuka dan penutup surah. Hasil penelitian ini adalah ayat pertama dan pembuka QS. al-Alaq memerintahkan membaca. Membaca berarti belajar dan mengaktifkan akal untuk mencerdaskan intelektual. Perintah belajar dan membaca tidaklah cukup, harus dilengkapi dengan perintah bersujud dan mendekat kepada Allah. Sujud berarti tunduk dan patuh kepada Allah serta banyak menggunakan hati untuk mencerdaskan spritual. Banyak membaca dan belajar selayaknya juga banyak sujud. Orang yang intensif membaca, tetapi tidak sujud, bakal menjelma menjadi orang pintar dan cerdas, tetapi kurang ajar, sombong dan angkuh. Dengan intensif membaca dan bersujud, akan menjadi lebih dekat kepada Allah dan dekat dengan sesama manusia. Itulah munasabah yang serasi antar pembuka dan penutup ayat dalam QS. al-Alaq. Kata Kunci Belajar; Bersujud; Munasabah; QS. Al-Alaq Urgensi Belajar dan Bersujud dalam QS. al- Alaq Ayat 1 dan 19… 83 Volume 2 No. 1 82-90 Copyright © 2023 Al-Fahmu E-ISSN 2962-9314 P-ISSN 2964-1659 PENDAHULUAN Belajar dalam pandangan Islam ialah suatu hal yang sangat urgen dan menjadi sebuah keharusan yang selalu dilakukan secara berkelanjutan sejak dari buaian sampai liang lahat. Dalam Islam, belajar ialah suatu kewajiban bagi laki-laki dan perempuan, anak-anak maupun dewasa. Hal ini menegaskan bahwa belajar telah menjadi keharusan hidup manusia. Manusia merupakan makhluk Allah yang memiliki kelebihan dan keistimewaan dibanding makhluk Allah yang lain. Manusia diberi potensi berupa akal untuk berpikir. Dengan potensi tersebut manusia diangkat menjadi khalifatullah di muka bumi ini. Potensi yang ada pada diri manusia apabila dikembangkan dengan belajar, akan melahirkan peradaban besar bagi kemaslahatan pada manusia itu sendiri. Hamzah 2009. Pada dasarnya manusia memiliki dua perangkat utama, yakni akal dan hati. Namun kenyataannya, sebagian manusia lebih mengedepankan akal dalam proses belajar, sedangkan yang lain lebih mengedepankan hati. Jika hanya mengedapankan akalnya saja, maka hasil akhirnya juga berbeda dari orang yang hanya mengedepankan hatinya. Hal ini justru akan menjadi ideal apabila akal dan hati digunakan secara proporsional Suprayogo 2015. Dalam al-Qur’an, ditemukan banyak ayat yang memotivasi manusia untuk mengerjakan aktivitas belajar dan bersujud, terutama menggunakan akal dan hati dalam mengamati fenomena alam dan realitas sosial kehidupan, misalnya sebagaimana yang termaktub dalam QS. al-Alaq 96 1 dan 19. Melalui ayat ini, aktivitas belajar menjadi hal yang sangat urgen dalam kehidupan manusia. Salah satu tokoh pemikir Islam bernama Muhammad Abduh mengutarakan bahwa tidak ada penjelasan yang paling memuaskan daripada urgensi belajar lewat baca-tulis serta ilmu pengetahuan dengan segala macam dan cabangnya, lebih daripada yang termaktub dalam kitab Allah sebagai permulaan wahyu turunnya al-Qur’an 'Abduh 1999. Sementara itu, urgensi belajar dalam pemikiran Ibn Maskawaih adalah termasuk juga bidang akhlak yang bertujuan mewujudkan sikap batin yang mampu mendorong secara spontan untuk melahirkan semua perbuatan yang terpuji, sehingga mencapai kesempurnaan dan memperoleh kebahagiaan hidup Sarkowi 2020. Oleh karena itu, urgensi belajar dan bersujud yang terdapat dalam QS. al-Alaq 96 1 dan 19 sepantasnya dimanfaatkan dalam memberikan motivasi dan inspirasi bagi umat Islam untuk meningkatkan pendidikan yang ideal. Selama ini penelitian yang berkaitan dengan konsep belajar dan bersujud dalam al-Qur’an cukup banyak dilakukan seperti penelitian Fawziah 2018 menelaah urgensi belajar dalam al-Qur’an. Berikutnya, penelitian Sarkowi 2020 membahas konsep belajar dalam perspektif tafsir QS. al-Alaq 96 1-5. Seterusnya, penelitian Afifah dan Yahya 2020 menggali konsep belajar dalam Tafsir al-Mishbah. Selain itu, Muji dan Pangestuti 2022 menelaah teori belajar berbasis neurosains pada Surah al-Alaq. Semenstara itu, Maisarah et al 2022 mengkaji merdeka belajar QS. al-Alaq 96 1-5. Dari keseluruhan penelitian yang disebutkan, jika dilihat objek materialnya, penelitian ini sama dengan penelitian sebelumnya yang menggunakan istilah belajar sebagai objek yang dikaji. Namun, yang menjadi pembeda dari penelitian sebelumnya adalah objek materialnya yang tidak hanya membahas terkait belajar, tetapi juga dikaitkan dengan bersujud. Selain itu, dari segi objek formalnya belum ditemukan penelitian yang menggunakan metode munasabah sebagai pisau analisisnya. Maka, sangat jelas perbedaan antara penelitian peneliti dengan penelitian sebelumnya. Urgensi Belajar dan Bersujud dalam QS. al- Alaq Ayat 1 dan 19… 84 Volume 2 No. 1 82-90 Copyright © 2023 Al-Fahmu E-ISSN 2962-9314 P-ISSN 2964-1659 Adapun tujuan dalam penelitian ini ialah untuk mengetahui hubungan antara belajar dengan bersujud dalam QS. al-Alaq 96 1 dan 19 dengan menggunakan kaca mata munasabah al-Qur’an. Pemahaman mengenai munasabah sangat penting dalam menafsirkan al-Qur’an. Dengan munasabah ini, akan semakin memperlihatkan keindahan dan kemukjizatan al-Qur’an, bahwa al-Qur’an itu utuh satu kesatuan ayat ayat dan surahnya tidak dapat dipisahkan dengan ayat dan surah lainnnya. al-Qur’an kitab yang selalu layak pada setiap waktu dan tempat. Asumsi ini berimplikasi bahwa masalah sosial keagamaan yang terjadi di era sekarang, tetap bisa terjawab oleh al-Qur’an dengan cara kontekstualisasi dan aktualisasi secara berkesinambungan, seiring dengan semangat dan tuntunan masalah keagamaan Mustaqim 2016. METODE PENELITIAN Metode yang dipakai dalam tulisan ini adalah metode munasabah. Munasabah ialah alat untuk menngkaji hubungan atau keserasian antara ayat dan surah dalam al-Qur’an. Para ulama yang menekuni ilmu munasabah al-Qur’an menyatakan bahkan membuktikan hubungan atau keserasian yang dimaksud, meliputi 1 Keserasian antara satu surah dengan surah sebelumnya; 2 Keserasian nama surah dengan isi surah; 3 Keserasian ayat pertama dengan ayat terakhir dalam satu surah; 4 Keserasian satu ayat dengan ayat yang lain dalam satu surah; 5 Keserasian kata atau kalimat dalam satu ayat; 6 Keserasian kata atau kalimat dengan isi ayat; 7 Keserasian penutup surah dengan awal surah berikutnya Jabbar 2022. Dari ketujuh varian munasabah tersebut, peneliti menggunakan metode munasabah antar ayat pertama dan terakhir dalam satu surah, yakni QS. al-Alaq 96 1 dan 19. Secara teknik langkah atau tahapannya sebagai berikut 1 menentukan tema sentral dari surah tertentu; 2 Mencari premis-premis yang diperlukan untuk mendukung tema sentral itu; 3 Melakukan kategorisasi terhadap premis-premis itu berdasarkan jauh dekatnya kepada tujuan; 4 Mencari kalimat-kalimat pernyataan-pernyataan yang saling mendukung di dalam premis itu Adlim 2018. HASIL DAN PEMBAHASAN Sekilas QS. al-Alaq Disepakati bahwa surat al-'Alaq diturunkan di Mekkah sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah. Mayoritas ulama menyepakati bahwa turunnya wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad ialah lima ayat pertama dari surat ini. Thahir Ibn 'Asyur mengatakan bahwa lima ayat pertama diturunkan pada hari ke-17 Ramadhan. Pendapat ini diikuti oleh mayoritas ulama. Nama surahnya yang familiar di zaman Sahabat Nabi ialah Surat Iqra' Bismi Rabbika. Nama-namanya banyak termuat di dalam Mushaf, dinamai Surat al-'Alaq dan Surat Iqra. Topik pokoknya adalah ajaran Nabi Muhammad SAW dan penjelasan seputar Allah dalam sifat-sifat-Nya dan bahwa Dia adalah sumber ilmu pengetahuan. Menurut Al-Biqa'i, tujuan pokoknya ialah memerintahkan manusia menyembah dan beribada kepada Allah SWT. Ayat dari surah al-'Alaq ada 19 ayat menurut hitungan para ulama Kufah Shihab 2002. Awal surat al-'Alaq ayat 1-5 ialah wahyu pertama yang dwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad. Ayat berikutnya 6-19 diturunkan setelah menyebarnya dakwah Nabi di kalangan kabilah Quraisy. Terdapat hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori yang bersumber dari Aisyah Urgensi Belajar dan Bersujud dalam QS. al- Alaq Ayat 1 dan 19… 85 Volume 2 No. 1 82-90 Copyright © 2023 Al-Fahmu E-ISSN 2962-9314 P-ISSN 2964-1659 beliau berkata “Wahyu pertama yang datang kepada Nabi SAW ialah mimpi yang nyata. Nabi tidak bermimpi, tetapi mimpi itu datang seperti fajar. Nabi sering datang ke gua Hira dengan membawa bekal untuk beribadah selama beberapa malam. Hingga akhirnya Nabi di gua Hira didatangi oleh malaikat Jibril dan berkata, "Baca!" Dia menjawab, "Saya tak dapat membaca." Rasulullah SAW bersabda “Lalu malaikat memelukku sampai aku kehabisan nafas, lalu melepaskanku dan berkata “Bacalah!” Rasulullah menjawab “Aku tak dapat membaca.” Lalu dia memelukku erat yang kedua kalinya dan kemudian melepaskanku dan berkata "Bacalah!" Rasulullah menjawab “Aku tak dapat membaca. Lalu dia memelukku yang ketiga kalinya sampai terasa tegang lalu melepaskannya. Lalu dia membaca 96 1-5. Kemudian dia berkata “Rasulullah SAW kembali sebagai penampakan yang gemetar sampai dia sampai di rumah Khadijah, dia berkata “Kosongkan aku, tutupi aku!” Khadijah menutupinya sampai ketakutannya hilang. Kemudian dia berkata “Wahai Khadijah, apa yang terjadi kepada saya?" Kemudian dia menceritakan kepada Khadijah apa yang telah terjadi dan berkata "Saya mengkhawatirkan diri saya sendiri". Kemudian Khadijah berkata "Tidak, berbahagialah. Allah tidak akan mencelakaimu selamanya. Kemudian Khadijah pergi bersamanya bertemu dengan Waraqah bin Naufal yang merupakan anak paman dari pihak ayah Khadijah." Pada zaman Jahiliyah, Waraqah adalah seorang Kristen yang tua dan buata. Dia menulis Alkitab dalam bahasa Arab. Waraqah berkata, "Wahai kemenakanku, apa yang kamu lihat?" Lalu Nabi SAW menerangkan apa yang dilihatnya. Waraqah berkata “Ini adalah Malaikat Jibril yang dulu menemui Nabi Musa. Seandainya aku masih muda dan hidup saat umatmu mendeportasimu.” Nabi SAW bertanya “Apakah mereka akan mengusirku?” Waraqah menjawab “Tidak ada yang percaya pada ajaran itu, tetapi dia mencegahnya. Jadi. Jika saya menemukan waktu untuk berdakwah, saya akan membantu Anda sebanyak mungkin." Tak lama kemudian, Waraqah meninggal Zuhaili 2013. Urgensi Belajar dan Bersujud dalam QS. al-Alaq Ayat 1 & 19 Sebagaimana yang dijelaskan di bagian metode penelitian bahwa varian munasabah al-Qur’an memiliki 7 bentuk. Dari ketujuh varian munasabah tersebut, peneliti menggunakan metode munasabah antar ayat pertama dan terakhir dalam satu surah, yakni QS. al-Alaq 96 1 dan 19. Redaksi pembuka Surah al-Alaq ialah ْأَﺮْـﻗِا َﻖَﻠَﺧ ىِﺬﱠﻟا َﻚِّﺑَر ِﻢْﺳِ “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang Menciptakan” Redaksi penutup Surah al-Alaq ialah َﻻ ﱠﻼَﻛ ُﻪْﻌِﻄُﺗ ْبَِﱰْﻗاَو ْﺪُﺠْﺳاَو “Sekali-kali jangan, janganlah kamu taat kepadanya; maka sujudlah dan dekatkanlah,” Dari metode munasabah antar ayat pertama dan terakhir dalam Surah al-Alaq dapat diketahui bahwa terdapat suatu perintah yang tidak hanya berupa perintah membaca, tetapi juga perintah sujud dan mendekatkan diri, yaitu ْأَﺮْـﻗِا - ْﺪُﺠْﺳاَو ْبَِﱰْﻗاَو Urgensi Belajar dan Bersujud dalam QS. al- Alaq Ayat 1 dan 19… 86 Volume 2 No. 1 82-90 Copyright © 2023 Al-Fahmu E-ISSN 2962-9314 P-ISSN 2964-1659 Ketiga perintah ini merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan. 1. Perintah membaca Kata iqra' ditemukan 6 kali dalam 4 surah al-Qur’an, yakni QS. al-Isra' [17] 14, QS. al-Haqqah [69]19, QS. al-Muzzammil [73] 20 kata iqra' dalam ayat ini terulang dua kali, dan QS. al-Alaq [96] 1 dan 3. Kata iqra' di pembuka Surah al-Alaq ini dipahami dengan membaca dan memperhatikan semua yang bersifat materi. Pada saat ayat ini dibawa turun oleh malaikat Jibril, Nabi Muhammad SAW tidak mengetahui apa yang harus dibacanya. Apalagi Nabi ialah seorang tidak bisa baca tulis. Maka, makna yang diperintahkan untuk dibaca, tidak harus berupa aksara. Ada kata di dalam al-Qur’an yang semakna dengan membaca, yaitu kata tala. Meskipun secara makna kata iqra' dan tala maknanya sama, yakni membaca, tetapi maksud dan penggunaannya berbeda. Kata tala ialah membaca sesuatu yang tertulis dan harus yang agung serta mulia. sedangkan kata qara'a berarti membaca semua yang ada, baik yang tertulis berupa wahyu maupun bacaan biasa yang tidak bersumber dari Tuhan. Hal yang penting untuk digaris bawahi adalah objek yang dibaca tidak harus yang tertulis Shihab 2007. Perintah membaca maknanya berisi perintah belajar. Maksuda dan tujuan dari belajar adalah mengaktifkan akal untuk mencerdaskan dan meningkatkan intelektual. Kemajuan peradaban suatu bangsa titik awal dilihat dari kekuatan membaca dan belajar. Dengan intensif belajar, bakal memunculkan ilmu pengetahuan yang menjadi tumpuan kesadaran dan kemajuan dari ketertinggalan. 2. Perintah sujud dan mendekatkan diri kepada Allah SWT Secara bahasa kata sujud ialah meletakkan kening, merendahkan diri dengan maksud menghormat. Secara istilah, kata sujud bermakna ketaatan seorang hamba kepada Allah SWT dengan cara meletakkan kedua kaki, kedua lutut, kedua tangan, dan muka di atas lantai, sambil menghadap ke arah kiblat. Sujud manusia kepada Allah, maksudnya kepatuhan dan ketundukan, baik sebagai makhluk yang berakal maupun tidak. Sujud menjadi salah satu rukun shalat dan dilakukan 2 kali pada setiap rakaat shalat Shihab 2007. Para mufasir dalam menjelaskan perintah sujud dalam ayat terakhir Surah al-Alaq ialah perintah shalat secara totalitas. Disebut secara eksplisit kata sujud menandakan bahwa sujud ialah bagian yang urgen dari semua gerakan dalam shalat. Pada saat sujud merupakan posisi tertinggi penghambaan dan kedekatan diri kepada Allah. Terdapat hadis yang diriwatkan oleh Imam Muslim yang bersumber dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda ُبَﺮْـﻗَأ َءﺎَﻋﱡﺪﻟا اوُﺮِﺜْﻛَﺄَﻓ ٌﺪِﺟﺎَﺳ َﻮُﻫَو ِﻪِّﺑَر ْﻦِﻣ ُﺪْﺒَﻌْﻟا ُنﻮُﻜَﻳ ﺎَﻣ “Kondisi paling dekat antara seorang hamba dengan Tuhannya ialah ketika dia sedang sujud, maka perbanyaklah doa.” Sujud yang didambakan bukan hanya seremoni saja, menempatkan dahi di atas matras, namun sujud didambakan dapat menimbulkan kesadaran untuk mengikuti ketentuan Allah dan Rasulullah SAW serta ketentuan pemerintah dalam tujuan kemaslahatan umat. Banyak sujud bertujuan untuk mencerdaskan dan meningkatkan spritual. Perintah membaca dan belajar saja tidaklah memadai, perlu ditambah dengan perintah sujud. Intensif belajar dan membaca selayaknya Urgensi Belajar dan Bersujud dalam QS. al- Alaq Ayat 1 dan 19… 87 Volume 2 No. 1 82-90 Copyright © 2023 Al-Fahmu E-ISSN 2962-9314 P-ISSN 2964-1659 juga banyak sujud. Orang yang intensif membaca dan belajar, tetapi tidak sujud, maka ia mesti menjadi orang yang pintar, tetapi kurang ajar. Ia akan menjadi orang pintar, tetapi sombong dan angkuh. Cerdas secara intelektual, tetapi mentalnya kering dan steril. Ada juga dari segi ritualnya rajin, namun kecerdasan spiritualnya lemah dan rendah karena tidak sepenuhnya memahami makna sujud itu sendiri melainkan formalitas Sayadi 2014. Sangat penting untuk mendekat diri kepada Allah. Tidak ada tujuan dalam hidup ini selain mendekatkan diri kepada Allah. Dengan intensif membaca, belajar dan banyak bersujud, maka terbukalah pintu mendekatkan diri kepada Allah, dekat dan peduli sesama, dekat dan ramah dengan lingkungan. Orang yang sudah dekat, akan menciptakan perasaan cinta, kasih sayang dan perhatian. Inilah yang namanya akhlak. Tujuan diperintahkan membaca dan belajar adalah untuk meningkatkan kecerdasan dan intelektual, sedangkan perintah sujud bertujuan untuk kecerdasan dan meningkatkan spiritual. Kecerdasan spiritual berlandaskan hati yang dapat menumbuhkan tingkat kesadaran dalam menaati aturan. Orang yang cerdas secara intelektual tanpa kecerdasan spritual dapat merusak dan berbahaya. Karena kecerdasan intelektual berdasarkan nalar tanpa hati terkadang menghasilkan orang yang ceroboh, angkuh dan sombong, sulit dikendalikan, ingin menang sendiri, bahkan cenderung melanggar aturan Mustaqim 2020. Relevansi Belajar Akal dan Bersujud Hati dalam Konteks Kekinian Masalah persoalan pendidikan masih menjadi sorotan sampai saat ini. Pendidikan Islam terus memperlihatkan kemerosotan, dalam arti tidak dapat mengikuti perkembangan zaman. Sebagai seorang intelektual Muslim yang berpengaruh di Indonesia, Hamka menyatakan bahwa pendidikan tidak hanya menitikberatkan pada pendidikan intelektual saja, tetapi bersamaan dengan pendidikan intelektual itu juga harus ada pendidikan spritual yang menjadi benteng utama umat Islam. Sinergi pendidikan akal dan hati harus diperkuat, sehingga manusia tidak sekedar melakukan pendidikan intelektual, mempertajam pikiran untuk menciptakan hal-hal baru, tetapi selain pendidikan intelektual, pendidikan hati butuh dibimbing agar tidak terombang ambing akibat penalaran yang tidak berlandasan Rokim 2018. Jauh sebelum Hamka, pemikir pendidikan Islam Muhammad Basiuni Imran mengatakan bahwa pendidikan adalah kunci kemajuan yang paling utama. Itulah motivasinya bagi para pelajar, anak-anak masyarakat di Sambas. Selain itu, Muhammad Basiuni Imran merupakan seorang ulama yang sangat mempengaruhi kemajuan pendidikan agama di Sambas. Banyak hal yang disumbangkan antara lain pendirian Sekolah Tarbiyatul Islam, pendirian Sekolah Kulliyatul Muballigin dan sebagainya Nasrullah et al 2018. Tidak hanya dalam bidang pendidikan, dalam bidang keagamaan Muhammad Basiuni Imran juga memotivasi arti pentingnya sujud, yakni shalat. Karena sangat pentingnya shalat, bahkan menjadi alasan latar belakang lahirnya kitab Tafsir Tujuh Surah yang ditulisnya pada tahun 1935 M sebagai respon menjawab dan menyelesaikan problem keagamaan di Sambas. Alasan dan tujuh pilihan surah yang ditafsirkan, yakni al-Fatihah, al-Asr, al-Kautsar, al-Kafirun, al-Ikhlas, al-Falaq dan al-Nas yang didasarkan karena selalu dibaca dalam shalat fardu dan sunat serta mudah dihafal oleh setiap Muslim, baik laki-laki maupun perempuan Nurmansyah 2021; Nurmansyah dan Sofia 2021; Nurmansyah dan Oktaviana 2022. Bertolak dari kepribadian Muhammad Basiuni Imran, keadaan ini menunjukkan bahwa sinergi antara pendidikan akal Pendidikan dan pendidikan hati Sujud dalam bentuk shalat harus terus menyatu dalam proses pendidikan agama. Urgensi Belajar dan Bersujud dalam QS. al- Alaq Ayat 1 dan 19… 88 Volume 2 No. 1 82-90 Copyright © 2023 Al-Fahmu E-ISSN 2962-9314 P-ISSN 2964-1659 Hanya melalui akal orang mengalami kekosongan jiwanya, dan sebaliknya hanya melalui pendidikan hati, membawa tumpul pikiran, karena akal tidak berkembang. Mari kita selesaikan masalah pendidikan yang kini semakin merosot, misalnya jika pendidikan diselesaikan hanya dengan nalar, maka yang dicapai hanya sebatas formalnya saja. Karena akal ingin mencari yang sederhana, mencari keuntungan dan bisa dipertimbangkan. Alhasil, pendidikan sekedar diartikan hanya untuk mencapai cita-cita, mendapatkan gelar, membelanjakan anggaran, dan semacamnya. Dengan kebijakan yang hanya mengandalkan akal sehat, banyak yang cepat mendapat ijazah, partisipasi dalam pendidikan akan meningkat, buku pelajaran dapat diselesaikan, dan laporan dapat dibuat. Cara ini mungkin tidak memecahkan masalah pendidikan yang sesungguhnya. Orang dapat sukses memperoleh gelar, tetapi pikiran dan hatinya belum tentu tercermin dari gelar yang disandangnya Suprayogo 2015. Dalam segi ekonomi, jika hanya akal sehat yang digunakan, solusi untuk masalah ekonomi resesi saat ini dapat diselesaikan dalam jangka pendek, tetapi alternatifnya adalah beberapa orang rugi atau dalam jangka panjang, dapat memcelakakan bangsa itu sendiri. Nalar selalu mengarahkan bahwa yang urgen adalah cepat selesai, mudah, dan menguntungkan. Sedangkan hati ingin mempertimbangkan hal baik, jujur, adil dan aman serta bijak. Hal yang sama berlaku untuk memecahkan masalah terkait ketenaga kerjaan. Jika hanya menggunakan akal sehat, sangat mudah diselesaikan solusinya dengan dikirim ke berbagai negara tanpa pelatihan atau keterampilan apa pun. Jadi pengangguran turun, negara dapat mendapatkan devisa, dan lain lain. Namun konsekuensinya juga cukup tinggi, yakni contohnya harkat martabat kedudukan bangsa tidak semakin tinggi dari bangsa penerima ketenaga kerjaan itu, dan akan diperlakukan semena-mena sebagai rakyat terjajah Suprayogo 2015. Belum lagi kepedulian terhadap bangsa, kepedulian terhadap anak di rumah, jika hanya mempertimbangkan akal, maka tidaklah cukup. Contohnya, anak-anak yang disekolahkan di sekolah favorit, perginya diantar pulangnya dijemput, diberi pengawalan dan semuanya dilayani secara transaktif. Lalu hasilnya ternyata hanya generasi yang pintar dan cerdas di kepala, tapi lemah di hati. Akhirnya anak yang bersangkutan menjadi nakal dan liar. Itulah gambaran anak yang dibesarkan hanya dengan akal dan tidak mengikuti hati nuraninya. Masalah bangsa ini mesti diselesaikan secara bersamaan dengan akal dan hati nurani. Jika keduanya dipakai secara proporsional, maka masalah akan selesai dan tak akan muncul masalah baru. Hati terus menuntut rasa keadilan, kejujuran, kedamaian dan menghargai martabat manusia. Adanya kesenjangan yang dirasakan terabaikan apabila hanya mempertimbangkan kekuatan nalar. Terhadap hati nurani, pasti akan selalu mendorong setiap orang untuk bertindak jujur dan adil, menghasilkan kebaikan dan menghindari kejahatan. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai munasabah antar ayat pertama dan terakhir dalam satu surah, yakni QS. al-Alaq 96 1 dan 19, maka dapat disimpulkan bahwa ayat pertama dan pembuka QS. al-Alaq memerintahkan membaca. Membaca berarti belajar dan mengaktifkan akal untuk mencerdaskan intelektual. Sementara itu, ayat terakhir memerintahkan bersujud yang berarti tunduk dan patuh kepada Allah serta banyak menggunakan hati untuk mencerdaskan spritual. Munasabahnya, seharusnya orang yang banyak membaca dan belajar juga melakukan Urgensi Belajar dan Bersujud dalam QS. al- Alaq Ayat 1 dan 19… 89 Volume 2 No. 1 82-90 Copyright © 2023 Al-Fahmu E-ISSN 2962-9314 P-ISSN 2964-1659 banyak sujud. Orang yang intensif membaca, tetapi tidak sujud, mesti menjadi orang pintar dan cerdas tetapi kurang ajar, sombong dan angkuh. Dengan intensif membaca dan bersujud, maka akan lebih dekat kepada Allah dan dekat dengan sesama manusia. Itulah munasabah yang serasi antar pembuka dan penutup ayat dalam QS. al-Alaq. Relevansinya dengan konteks kekinian adalah bahwa pendidikan Islam harus dibangun atas konsep pendidikan kesatuan hati dan pikiran untuk menghasilkan penduduk muslim yang cerdas secara intelektual dan berbudi pekerti luhur. Ketika kedua komponen ini dipisahkan atau diputuskan dalam prosedur pendidikan Islam, manusia kehilangan keseimbangan dan tidak pernah menjadi individu yang utuh. Kajian tentang akal dan hati sangat dibutuhkan, artinya dampak kedua potensi tersebut terhadap kehidupan manusia sangat besar. Penelitian ini masih bisa dikembangkan lebih luas lagi. Peneliti selanjutnya bisa mencari hubungan ayat dan surah tentang urgensi belajar dengan munabasabah antara satu ayat dengan ayat yang lain dalam satu surah atau beda surah. Atau tidak hanya terbatas pada urgensi belajar, peneliti selanjutnya juga bisa mengkaji munasabah antar ayat pertama dan terakhir dalam satu surah, misalnya surah al-Baqarah karena surah terpanjang dan surah al-Kautsar karena surah terpendek. DAFTAR PUSTAKA Abduh, Muhammad. 1999. Tafsir Juz Amma, Terj. Muhammad Bagir. Bandung Mizan. Adlim, Ahmad Fauzul. 2018. "Teori Munasabah dan Aplikasinya dalam Al-Qur'an,". Al Furqan Jurnal Ilmu Al Qur'an dan Tafsir, 1 1, 20. Afifah, Isnaini Nur dan Muhammad Slamet Yahya. 2020. “Konsep Belajar dalam al-Qur’an Surah al-Alaq ayat 1-5 Studi Tafsir al-Mishbah.” Arfannur Journal of Islamic Education, 1 1, 87-102. Fawziah. 2018. “Urgensi Belajar dalam al-Qur’an.” Andragogi Jurnal Diklat Teknis Pendidikan dan Keagamaan, 6 2, 132-151. Hamzah, Syeh Hawib 2009. "Petunjuk Al-Qur'an Tentang Belajar dan Pembelajaran," Dinamika Ilmu, 9 2, Ibrahim. 2015. Metodologi Penelitian Kualitatif Panduan Penelitian Beserta Contoh Proposal Kualitatif Bandung Alfabeta. Jabbar, Luqman Abdul. 2022. Ulum al-Qur’an Metodologi Studi al-Qur'an, Cet. 4 Pontianak STAIN Pontianak Press. Maisarah, Liza Annisa, Annisa Dahlila Angelina, Amiruddin Siahaan dan Amiruddin. 2022. “Pendidikan Berbasis Merdeka Belajar dalam al-Qur’an QS al-Alaq/96 1-5, QS. Mujadalah/58 11.” Munaddhomah Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 3 1, 107-115. Muji dan Rindiyani Pangestuti. 2022 . “Teori Belajar Berbasis Neurosains Telaah Surah al-Alaq,” Ta’diban Journal of Islamic Education, 2 2, 30-42. Mustaqim, Abdul. 2016. Dinamika Sejarah Tafsir al-Qur’an Studi Aliran-Aliran Tafsir dari Periode Klasik, Pertengahan hingga Modern-Kontemporer. Yogyakarta Idea Press Yogyakarta. Urgensi Belajar dan Bersujud dalam QS. al- Alaq Ayat 1 dan 19… 90 Volume 2 No. 1 82-90 Copyright © 2023 Al-Fahmu E-ISSN 2962-9314 P-ISSN 2964-1659 Nasrullah, Ahmad M. Sewang, Syamsudduha dan Nurman Said. 2018. “Pembaruan Pemikiran Pendidikan Islam Muhammad Basiuni Imran 1906-1976 M.” Jurnal Diskursus Islam, 6 1, 135. Nurmansyah, Ihsan. 2021. “Tafsir al-Qur’an Bahasa Melayu-Jawi di Kalimantan Barat Kajian Kodikologi dan Historis-Periodik Naskah Tafsir Tujuh Surah dan Ayat as-Siyam Karya Muhammad Basiuni Imran.” Substantia Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin, 23 1, 5–6. Nurmansyah, Ihsan dan Adib Sofia. 2021. “Paralel, Transformasi dan Haplologi Tafsir Tujuh Surah Karya Muhammad Basiuni Imran dengan Karya Tafsir Muhammad Rasyid Ridha Kajian Intertekstualitas.” al-Bayan Jurnal Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, 6 2, 70. Nurmansyah, Ihsan dan Sherli Kurnia Oktaviana. 2022. “Biography of the Mufti Sultanate in West Kalimantan H. Muhammad Basiuni Imran 1885-1976 AD and H. Ismail Mundu 1870-1957 AD.” Journal of Islamic History and Manuscript, 1 2, 97. Rokim. 2018. “Sinergi Hubungan Pendidikan Akal, Hati dan Jasmani dalam Perspektif Hamka.” Pancawahana Jurnal Studi Islam, 13 2, 60. Sarkowi. 2020. “Konsep Belajar dalam Perspektif Tafsir al-Qur’an Kajian QS. al-Alaq 96 1-5.” Qolamuna Jurnal Studi Islam, 5 2, 325-347. Sayadi, Wajidi. 2014. Pengantar Studi al-Qur’an dan Tafsir. Pontianak IAIN Pontianak. Sayadi, Wajidi. 2020. Bacalah, Sujudlah, dan Mendekatlah Cerdas Intelektual, Spritual, dan Moral. Wajidi Sayadi Official Website, 23 Maret 2020, dari Shihab, Muhammad Quraish. 2002.Tafsir Al-Msibah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Juz amma. Volume 15. Jakarta Lentera Hati. Shihab, Muhammad Quraish dkk. 2007. Ensiklopedia al-Qur'an Kajian Kosa Kata, Jilid 1 A-J. Jakarta Lentera Hati. Suprayogo, Imam. 2015. Menyelesaikan Persoalan dengan Akal dan Hati Nurani, UIN Maulama Malik Ibrahim Malang, 6 Oktober 2015, dari Zuhaili, Wahbah. 2013. Tafsir al Munir Jilid 15, Terj. Abdul Hayyie al Kattani dkk. Jakarta Gema Insani. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this MaisarahLiza AnnisaAnnisa Dahlila AngelinaAmiruddin AmiruddinEducation as an investment in the future has an important role in building the nation. The goal is an ideal to be achieved by implementing an activity. No activity is programmed without a goal because it is something that has no certainty in determining which direction the activity will be carried out. Globally the purpose of learning is a change in a person for the better. The concept of independent learning is very different from the existing curriculum used by formal education in Indonesia. This new educational concept considers students' individual cognitive abilities and uniqueness. The method used is the method of literature. Content analysis is used to analyze research data. With the independent learning program, it is hoped that the class atmosphere will be more fun and happy. This certainly affects the quality of learning better. A pleasant learning atmosphere can increase student enthusiasm for learning, and teachers and parents can also feel Muhammad Basiuni Imran and H. Ismail Mundu are mufti or charismatic clerics who are popular now in the West Kalimantan area. Both lived contemporaneously, and their work in various scientific, social, and political fields has brought them to a level of popularity that is not only in the Malay Archipelago world but also in the Islamic world. Therefore, it is essential to study their biographies, starting with their family background, education, academic career, environment, and work. The method used is the historical method and comparative research. The results of this study are as follows 1 both mufti comes from religious family backgrounds, as seen from the childhood of H. Muhammad Basiuni Imran studied religion from his father, H. Muhammad Imran, while H. Ismail Mundu studied theology with his uncle, H. Muhammad bin H. Ali; 2 the two mufti used the Middle East as their intellectual space. It was seen that H. Muhammad Basiuni Imran performed the hajj and studied simultaneously in Mecca and Egypt, while H. Ismail Mundu performed the hajj three times and only studied in Mecca; 3 both multitasked with explaining to the public religious issues when H. Muhammad Basiuni Imran, as mufti in the Sultanate of Sambas, wrote Tafsir Tujuh Surah and Ayat as-Siyam as a response to the problems faced by the Malay community. Meanwhile, H. Ismail Mundu held the position of mufti in the Kubu Sultanate, writing Bugis translation of the holy book of the Qur’an as a response problem faced by the Bugis Nur 'AfiifahMuhammad Slamet YahyaThis study seeks to examine the obligation to study and the importance of knowledge in the Al-Qur'an surah al-'alaq verses 1-5 according to the opinion of M. Quraish Shihab in Tafsir Al-Misbah. The method in this research is a content analysis method with a hermeneutical approach, which is to interpret symbols in the form of text to look for meanings and meanings. From the results of this study it can be concluded that Tafsir Al-Misbah seeks to bridge the community in understanding the Koran more deeply, as well as interpreting the Koran by looking at the realities needed by society at that time related to the theme of learning, in particular. in the Qur'an Surah Al-'Alaq verses 1-5. The concept of learning described in the Qur'an Surah Al-'Alaq verses 1-5 is a command to read and is not limited to written text only, because reading is a pioneer for knowledge. Penelitian ini berupaya untuk mengkaji kewajiban belajar dan pentingnya ilmu pegetahuan dalam Al-Qur’an surat al-alaq ayat 1-5 menurut pendapat M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah. Metode dalam penelitian ini adalah metode analisis isi content analysis dengan pendekatan hermeunetika, yakni menafsirkan simbol berupa teks untuk dicari arti dan maknanya. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Tafsir Al-Misbah berupaya untuk menjembatani masyarakat dalam memahami Al-Qur’an lebih mendalam, serta menafsirkan Al-Qur’an dengan melihat realitas yang sebenarnya dibutuhkan oleh masyarakat pada waktu itu yang terkait dengan tema belajar, khususnya pada Qur’an Surat Al-Alaq ayat 1-5. Konsep belajar yang dijelaskan dalam Qur’an Surat Al-Alaq ayat 1-5 adalah perintah untuk membaca dan tidak terbatas pada yang berupa teks tertulis saja, karena membaca merupakan pembuka jalan bagi ilmu the initial investigation, Muhammad Basiuni Imran interpretation in Tafsir Tujuh Surah tends to dwell on the realm of text and does not relate to the realm of context, so that his interpretation is more likely to be similar to the tafsir Muḥammad Rashīd Riḍā. The purpose of this study is to prove this influence. This study uses the theory of intertextuality introduced by Julia Kristeva. This study finds that the forms of intertextuality used in the Tafsir Tujuh Surah are 1 parallel, there are similarities between the phenotext and genotext regarding the reasons and the seven choices of interpreted surah and their interpretations; 2 transformation, the genotext undergoes a translation into the phenotext, namely from Arabic to Malay-Jawi language; 3 haplology, the genotext is reduced in the phenotext by only taking the interpretation in the introduction. From these three forms of intertextuality, it proves that the Tafsir Tujuh Surah by Muhammad Basiuni Imran is a translation of the Tafsir al-Fatihah wa Sittu Suwar min Khawatim al-Qur’an by Muḥammad Rashīd Riḍā. This finding breaks the thesis research of Wendi Parwanto and Ica Fauziah Husnaini which mentions the source of Muhammad Basiuni Imran interpretation of Muḥammad Rashīd Riḍā interpretation, only Surah al-Fatihah and al-Asr. However, this finding proves that the seven surah interpreted by Muhammad Basiuni Imran originated from the interpretation of Muḥammad Rashīd Riḍā. Ihsan NurmansyahIn the 20th century AD, the writing of the Qur'anic tafsir that was born in the archipelago generally displayed its modern characteristics, both in terms of language and script. However, it is different from the Tafsīr Tūjuh Sūrah manuscript written in 1935 AD and the Tafsīr Āyāt aṣ-Ṣiyām manuscript which was written in 1936 AD by Muhammad Basiuni Imran, a scholar from the Sambas Sultanate, West Kalimantan, who still uses the language and script of classical interpretations of the archipelago, namely using the Malay language and the Jawi it is urgent to study because of the polemic in terms of the emergence of interpretations, so a comprehensive way to understand the two interpretations of MuhammadBasiuni Imran is to use a codicological and historical-periodic results of this study indicate that first, the codicological aspects of the two interpretations of Muhammad Basiuni Imran manuscripts, including the identification of texts, aspects of books, aspects of writing and binding. Second, the emergence of the two interpretations of Muhammad Basiuni Imran in the 20th century AD in the form of the Malay-Jawi language, because it was born in the golden period 1920-1960 AD in the periodization of the development of the al-Qur'an interpretation of the Malay-Jawi language. Third, the context of the emergence of the two interpretations of Muhammad Basiuni Imran in the Malay-Jawi language because they are influenced by socio-geographic, the history of the developing books and religious Hawib HamzahAl-qur’an is normative source in Islamic education. Al-qur’an consists of the importance of learning and study. It’s described from many verses of Al-qur’an which explain about knowledge. For instance, the first verse that stated “iqra” which is in Indonesian language means “bacalah”. Furthermore, Al-qur’an contains the methods used in learning in order to ease people who want to study. Those kinds of methods are discussion method, tarhib wa targhib method, story method, learn by example method, and also practice and repeating Jurnal Diklat Teknis Pendidikan dan KeagamaanFawziahFawziah. 2018. "Urgensi Belajar dalam al-Qur'an." Andragogi Jurnal Diklat Teknis Pendidikan dan Keagamaan, 6 2, 132-151. al-Qur'an Metodologi Studi al-Qur'anLuqman JabbarAbdulJabbar, Luqman Abdul. 2022. 'Ulum al-Qur'an Metodologi Studi al-Qur'an, Cet. 4 Pontianak STAIN Pontianak Belajar Berbasis Neurosains Telaah Surah al-AlaqRindiyani Muji DanPangestutiMuji dan Rindiyani Pangestuti. 2022 . "Teori Belajar Berbasis Neurosains Telaah Surah al-Alaq," Ta'diban Journal of Islamic Education, 2 2, 30-42. Tafsir Jalalain Surat Al Alaq – Dibawah ini anda dapat membaca tafsir jalalain surah al alaq dari ayat pertama hingga ayat terakhir yaitu ayat 19. Tafsir ibnu katsir surat al alaq belum dapat kami berikan karena belum mendapat sumber yang saja silahkan disimak dan jangan lupa untuk diamalkan yaa. Baca juga Surat Al Alaq Arab dan Latin dan Terjemah Indonesiaبِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ Ayat 1 اقْرَأْ Bacalah maksudnya mulailah membaca dan memulainya – بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ dengan menyebut nama Rabbmu yang menciptakan semua makhluk. Ayat 2 خَلَقَ الْإِنسَانَ Dia telah menciptakan manusia atau jenis manusia – مِنْ عَلَقٍdari alaq lafal Alaq bentuk jamak dari lafal Alaqah, artinya segumpal darah yang kental. Ayat 3 اقْرَأْ Bacalah lafal ayat ini mengukuhkan makna lafal pertama yang sama – وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ dan Rabbmulah Yang Paling Pemurah artinya tiada seorang pun yang dapat menandingi kemurahan-Nya. Lafal ayat ini sebagai Haal dari Dhamir yang terkandung di dalam lafal Iqra’. Ayat 4 الَّذِي عَلَّمَ Yang mengajar manusia menulis – بِالْقَلَمِ dengan qalam orang pertama yang menulis dengan memakai qalam atau pena ialah Nabi Idris Ayat 5 عَلَّمَ الْإِنسَانَ Dia mengajarkan kepada manusia atau jenis manusia – مَا لَمْ يَعْلَمْ apa yang tidak diketahuinya yaitu sebelum Dia mengajarkan kepadanya hidayah, menulis dan berkreasi serta hal-hal lainnya. Ayat 6 كَلَّا Ketahuilah artinya memang benar – إِنَّ الْإِنسَانَ لَيَطْغَى sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas Ayat 7 أَن رَّآهُ karena dia melihat dirinya sendiri – اسْتَغْنَى serba cukup dengan harta benda yang dimilikinya; ayat ini diturunkan berkenaan dengan sikap Abu Jahal. Dan lafal Ra-aa tidak membutuhkan Maf’ul kedua; dan lafal An Ra-aahu berkedudukan sebagai Maf’ul Lah. Ayat 8 إِنَّ إِلَى رَبِّكَ Sesungguhnya hanya kepada Rabbmulah hai Manusia – الرُّجْعَى tempat kembali yakni kembali kalian nanti, karena itu Dia kelak akan memberi balasan kepada orang yang melampaui batas sesuai dengan dosa-dosa yang telah dilakukannya. Di dalam ungkapan ini terkandung ancaman dan peringatan buat orang yang berlaku melampaui batas. Ayat 9 أَرَأَيْتَ Bagaimana pendapatmu lafal Ara-ayta dan dua lafal lainnya yang sama nanti mengandung makna Ta’ajjub – الَّذِي يَنْهَى tentang orang yang melarang yang dimaksud adalah Abu Jahal. Ayat 10 عَبْداً Seorang hamba yang dimaksud adalah Nabi Muhammad saw. – إِذَا صَلَّى ketika dia mengerjakan salat. Ayat 11 أَرَأَيْتَ إِن كَانَ Bagaimana pendapatmu jika orang yang dilarang itu – عَلَى الْهُدَى berada di atas kebenaran Ayat 12 أَوْ Atau huruf Au di sini menunjukkan makna Taqsim – أَمَرَ بِالتَّقْوَىdia menyuruh bertakwa. Ayat 13 أَرَأَيْتَ إِن كَذَّبَ Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakannya yakni mendustakan Nabi saw. – وَتَوَلَّى dan berpaling dari iman? Ayat 14 أَلَمْ يَعْلَمْ بِأَنَّ اللَّهَ يَرَى Tidakkah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat apa yang dilakukannya itu; artinya Dia mengetahuinya, karena itu Dia kelak akan memberi balasan kepadanya dengan balasan yang setimpal. Maka sudah sepatutnya kamu hai orang yang diajak berbicara untuk merasa heran terhadap orang yang melarang itu, karena ia melarang Nabi melakukan salat, padahal orang yang dilarangnya itu berada dalam jalan hidayah dan memerintahkan untuk bertakwa. Yang amat mengherankan lagi ialah bahwa yang melarangnya itu mendustakannya dan berpaling dari iman. Ayat 15 كَلَّا Sekali-kali tidaklah demikian kalimat ini mengandung makna hardikan dan cegahan baginya – لَئِن sungguh jika huruf Lam di sini menunjukkan makna qasam atau sumpah – لَّمْ يَنتَهِ dia tidak berhenti dari kekafiran yang dilakukannya itu – لَنَسْفَعاً بِالنَّاصِيَةِ niscaya Kami akan tarik ubun-ubunnya atau Kami akan seret dia masuk neraka dengan cara ditarik ubun-ubunnya. Ayat 16 نَاصِيَةٍ Yaitu ubun-ubun lafal Naashiyatan adalah isim Nakirah yang berkedudukan menjadi Badal dari isim Ma’rifat yaitu lafal An-Naashiyah pada ayat sebelumnya – كَاذِبَةٍ خَاطِئَةٍ orang yang mendustakan lagi durhaka makna yang dimaksud adalah pelakunya; dia disifati demikian secara Majaz. Ayat 17 فَلْيَدْعُ نَادِيَه Maka biarlah dia memanggil golongannya yakni teman-teman senadinya; Nadi adalah sebuah majelis tempat mereka memusyawarahkan sesuatu perkara. Sesungguhnya orang yang melarang itu mengatakan kepada Nabi saw. sewaktu dia mencegahnya dari melakukan salat, “Sesungguhnya aku telah mengetahui bahwa tiada seseorang pun di Mekah ini yang lebih banyak teman senadinya daripada aku. Sesungguhnya jika kamu mau meninggalkan salat, aku benar-benar akan memberikan kepadamu, kuda-kuda yang tak berpelana dan laki-laki pelayan sepenuh lembah ini.” Ayat 18 سَنَدْعُ الزَّبَانِيَةَ Kelak Kami akan memanggil malaikat Zabaniyah mereka adalah malaikat-malaikat yang terkenal sangat bengis lagi kejam, untuk membinasakannya, sebagaimana yang telah disebutkan di dalam salah satu hadis, yaitu, “Seandainya dia benar-benar memanggil golongan senadinya, niscaya dia akan diazab oleh malaikat Zabaniyah secara terang-terangan.” Ayat 19 كَلَّا Sekali-kali tidaklah demikian kalimat ini mengandung hardikan dan cegahan baginya – لَا تُطِعْهُjanganlah kamu patuhi dia hai Muhammad untuk meninggalkan salat – وَاسْجُدْ dan sujudlah maksudnya salatlah demi karena Allah – وَاقْتَرِبْ dan mendekatlah kepada-Nya dengan melalui amal ketaatan. Itulah tafsir surah al alaq dari kitab jalalain untuk anda, semoga bermanfaat. Jangan lupa untuk share agar yang lain juga mendapat manfaatnya. Sumber

tafsir surat al alaq ibnu katsir